Saturday, July 29, 2017

langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi PQ4R

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi PQ4R menurut Suprijono adalah sebagai berikut:
1.    Preview
Langkah pertama, siswa membaca selintas dengan cepat bahan bacaan. Fokus preview adalah menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. Bagian-bagian yang bisa dibaca misalkan bab pengant ar, daftar isi, topik, sub topik, judul, sub judul atau ringkasan akhirpada suatu bab. Melalui preview siswa telah mempunyai gambaran mengenai hal yang dipelajarinya.
2.    Question
Langkah kedua, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri dengan menggunakan kata 5W + H (what, where, who, when, why and how). Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka akan membuat dia membaca lebih hati-hati serta seksama agar dapat mengingat apa yang dibaca dengan baik.
3.    Read
Langkah ketiga, siswa membaca secara detail bahan bacaan yang dipelajari. Pada tahap ini siswa diharapkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskan.
4.    Reflect
Langkah keempat, bukanlah suatu langkah terpisah dari langkah ketiga, tetapi merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga. Selama membaca siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal tetapi cobalah memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara:
a.    Menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah diketahui
b.    Mengaitkan sub topik didalam teks dengan konsep-konsep/prinsp-prinsip utama
c.    Cobalah untuk memecahkan kontradiksi didalam informasi yang disajikan
d.    Cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah.
5.    Recite
Langkah kelima, pada tahap ini siswa diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Siswa dapat melihat kembali catatan yang telah mereka buat. Siswa diminta untuk membuat inti sari dari materi bacaan dengan redaksinya sendiri. Akan lebih baik jika siswa tidak hanya menyampaikannya secara lisan, namun juga dalam bentuk tulisan.
6.    Review
Langkah terakhir, siswa diminta membuat rangkuman atau merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya. Siswa mampu merumuskan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.
 
Sumber referensi:
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Share:
Read More

Strategi Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, And Review)

Menurut Ngalimun Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan untuk melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan dan apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan antara guru dan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Ngalimun Pemakaian istilah strategi dalam pembelajaran dimaksudkan sebagai daya upaya dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksud dari tujuan strategi adalah agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara maksimal dan seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen-komponen pembelajaran atau dengan kata lain strategi pembelajaran merupakan pilihan pola dalam kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.
Trianto menjelaskan bahwa strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Sedangkan menurut Hamdani strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran serta memberikan pengalaman belajar untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Nur dalam Trianto berdasarkan teori kognitif dan pemrosesan, maka terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dan diajarkan, yaitu:
1.Stategi mengulang (rehearsal strategies) strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Contoh strategi pengulangan yang lebih kompleks, seperti: menggaris bawahi dan membuat cacatan pinggir.
2.Strategi elaborasi (elaboration strategies) strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian dari informasi baru sehingga lebih bermakna, karena sistem pengkodean menjadi lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Yang termasuk dalam stategi elaborasi adalah: pembuatan catatan, penggunaan analogi, dan  PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, dan review).
3.Strategi organisasi (organization strategies) strategi ini merupakan peningkatan kebermaknaan informasi baru, melalui penggunaan struktur-struktur pengorganisasian baru pada informasi tersebut.Termasuk dalam strategi ini adalah: outlening (membuat kerangka garisbesar), mapping (pemetaan konsep), mnemonic (membuat kategori baru).
4.Strategi metakognitif (metacognitive strategies) stategi metakognitif berhubungan dengan pemikiran siswa bagaimana mereka sendiri berpikir dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar tertentu dengan tepat.
Menurut Suprijono, PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review) adalah suatu metode pembelajaran yang merupakan bagian dari metode kooperatif learning yang bertujuan untuk meningkatkan daya paham dan daya ingat siswa tentang materi yang mereka baca dengan cara membaca dan menulis. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab siswa atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan kepada mereka. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Strategi PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca dan membantu proses belajar mengajar dikelas dengan kegiatan  membaca buku. Strategi PQ4R merupakan bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi PQ4R merupakan strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami materi yang mereka baca.
Sumber referensi:
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.



Share:
Read More

Definisi Konsep

Berikut adalah pengertian dari konsep yang diberikan oleh beberapa ahli diantaranya, Syaiful Sagala yang menyatakan bahwa konsep adalah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum dan teori. Sedangkan menurut Rosser dalam Sagala konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Menurut Mc.Gowen dalam Trisnawati konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang  didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Dan Ratna Willis Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah abstraksi mental yang mewakili  pengalaman dan dinyatakan dalam suatu kelompok objek atau kejadian. Fraenkel dalam Supardan menggolongkan jenis-jenis konsep menjadi 6 macam. Pertama, konsep konjungtif, yaitu konsep yang berfungsi menghubungkan  dari keberadaan dua atau lebih atribut yang semuanya harus ada. Kedua, konsep disjungtif, mencerminkan adanya alternatif-alternatif yang beragam. Ketiga, konsep relasional, yang memiliki arti mengandung suatu hubungan khusus antara dua atribut maupun lebih  yang dinyatakan secara eksplisit dengan bilangan tertentu. Keempat, konsep deskriptif, yaitu konsep yang menuntut jawaban tentang gambaran suatu benda. Konsep deskiptif ini juga menuntut pemahaman karakteristik ataupun ciri-ciri esensial yang sama dalam mengemukakan pendapat. Kelima, konsep valuatif, yaitu konsep yang berhubungan dengan pertimbangan baik ataupun buruk, salah ataupun benar, cantik ataupun jelek dan sebagainya. Keenam, konsep campuran antara konsep deskriptif dan konsep valuatif  yaitu suatu konsep yang tidak yang tidak hanya memberikan penjelasan tentang suatu karakteristik yang dimiliki oleh benda tersebut tetapi juga memberikan sikap atau penilaian terhadap pernyataan tersebut.
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa kemampuan mengelaborasi konsep adalah kapasitas seorang individu untuk mengembangkan, memperkaya, dan memerinci suatu abstraksi mental menjadi detail-detail yang lebih menarik.
 
Sumber Referensi:
Dahar, Ratna Willis. 2011. Teori-Teori Pembelajaran. Bandung:Erlangga
Sagala, Syaiful. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Supardan, Dadang. 2015. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: yayasan rahardja
Tisnawati, Demi. 2012. Penerapan Peta Konsep pada Pokok Bahasan Tekanan untuk Mendeskripsikan Penguasaan Konsep Siswa. Unnes Physics Education Journal.1(1)

Share:
Read More

Mengelaborasi

Kata mengelaborasi berasal dari kata elaborasi (elaborate) yang dalam kamus oxford  bermakna worked out with much care and in great detail sehingga makna elaborasi diterjemahkan sebagai pemerincian atau penguraian  semata.
Saat ini sudah banyak ahli yang mengungkapan tentang arti dari elaborasi, diantaranya adalah Carin dan Sund yang menyatakan bahwa elaborasi adalah salah satu kemampuan kreatif yang berupa kemampuan untuk mengembangkan gagasan secara terperinci. Selanjutnya, Guilford mengemukakan bahwa elaborasi adalah kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail terperinci. Utami Munandar memperlihatkan pengertian yang lebih luas, yakni kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk juga kemampuan untuk menambahkan atau memerinci detail detail dari suatu gagasan ,ojek, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Dan Ratna Willis Dahar dalam Wahidin memandang elaborasi sebagai penambahan pengetahuan yang berhubungan pada informasi yang sedang dipelajari
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa mengelaborasi merupakan menempuh kemampuan berfikir kreatif dalam hal mengembangkan, memperkaya, dan memerinci suatu gagasan atau produk  sehingga menjadi lebih menarik.
Menurut Utami Munandar dalam Suastra dan yasmini indikator keterampilan elaborasi sebagai berikut: mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci, mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau menguji  detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh, Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana, menambahkan garis-garis dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain.
Menurut Wahidin Elaborasi sebagai proses berfikir kreatif ditandai dengan  keragaman gagasan yang dihasilkan dan juga ditandai dengan proses transformasi  konsep secara sadar, yang nampaknya dapat ditafsirkan sebagai proses kreatif  yang membutuhkan kemampuan berfikir logis. Logisnya proses yang terjadi manakala seorang melakukan elaborasi tergambar dari teori psikoanalitik yang membedakan proses berfikir menjadi dua yaitu proses berfikir primer dan sekunder. Proses primer bersifat non logis sedangkan proses sekunder bersifat logis, rasional dan disadari. Menurut Anna Roe, elaborasi tergolong berfikir sekunder. Dengan kata lain elaborasi merupakan cara berfikir yang logis. Kelebihan kemampuan melakukan elaborasi bila dibandingkan dengan berfikir logis yang biasa menurut Pickard adalah bahwa orang yang mampu melakukan elaborasi enables the subject to go beyond the immediate dengan kata-kata gampangnya dapat dinyatakan bahwa orang yang malakukan elaborasi adalah orang yang bukan berfikir apa adanya, tetapi berfikir lebih dalam untuk mengungkapkan apa yang tersirat dibalik fakta yang ada.

Sumber Referensi:
Suastra, I Wayan dan Luh Putu Budi Yasmini. 2013. Model Pembelajaran Fisika Untuk Mengembangkan Kreativitas Berfikir dan Berkarakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal Bali. Jurnal Pendidikan Indonesia. 2(2)

Wahidin, Didin. 1993. Kemampuan Melakukan Penalaran Ilmiah dan Kemampuan Melakukan Elaborasi untuk Memahami Konsep-Konsep Lingkungan Hidup. Tesis.Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung


Share:
Read More

Berpikir Kreatif dalam Fisika

Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi peserta didik untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan.
Berpikir kreatif dapat terjadi secara sengaja dan tidak sengaja (tiba-tiba). Berpikir kreatif secara tidak sengaja dapat berlangsung walaupun tidak menggunakan teknik khusus, seperti pada suatu kesempatan dimana anda berpikir tentang suatu dengan sudut pandang berbeda dan selanjutnya anda menemukan suatu perubahan yang menguntungkan. Perubahan lainnya dapat terjadi perlahan karena semata-mata menggunakan perkembangan kecerdasan dan logika. Jika menggunakan pemikiran kreatif secara tidak sengaja atau perkembangan logika akan memerlukan waktu lama untuk menghasilkan kemajuan dan peningkatan. Mengingat pesatnya persaingan dunia maka hal tersebut sangat tidak menguntungkan. Lain halnya dengan berpikir kreatif secara sengaja. Berpikir kreatif secara sengaja dapat dikembangkan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mengembangkan ide baru. Teknik-teknik tersebut menyebabkan penggabungan dari ide-ide untuk memunculkan gagasan-gagasan dan proses-proses baru.
Menurut Tawil dalam Suryansari Berpikir kreatif dapat berkembang pesat dengan menggunakan pembelajaran berbasis portofolio karena model pembelajaran ini mampu memfasilitasi hampir keseluruhan kemampuan peserta didik, yakni mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik,memprediksi dari informasi terbatas, menemukan masalah, menyusun hipotesis, menguji hipotesis, dan memandang informasi dari sudut pandang berbeda.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu hal penting agar seseorang dapat memiliki kreativitas. Torrance Carin & Sund (1995) dan Lawson (1979) & Taeffinger, et al (1982) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif adalah: …. the process of 1) sensing difficulties problems, gapsor information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating ideas or hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising retesting them, and finally; 5) communicating the results.
Menurut Tawil Bertolak dari definisi tersebut menunjukkan bahwa berpikir kreatif sebagai sesuatu proses kreatif, yaitu merasakan adanya kesulitan, masalah kesenjangan informasi. Adanya unsur yang hilang dan ketidakharmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat hipotesis, pengujian hipotesis kembali atau bahkan mendefinisikan ulang masalah dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya
Iriany, dkk mengemukakan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan mengembangkan atau menemukan ide atau gagasan asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan dengan pandangandan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnyadalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Menurutnya, ada empat aspek kemampuan berpikir kreatif yakni: 1) membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu; 2) membangun pengetahuan yang telah ada pada peserta didik; 3) memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda; dan 4) meramal dari informasi yang terbatas.
Menurut Hamzah & Nurdin Berpikir lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi permasalahan dan situasi tidak akan dimiliki tanpa adanya pengetahuan yang luas. Berpikir lebih kreatif tidak akan lahir secara tiba-tiba tanpa adanya kemampuan. Berpikir kreatif berarti berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data di otak.
Lawson dalam Tawil mengemukakan tiga tahap dalam mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Tahap pertama
Sebelum keterampilan berpikir kreatif dapat diaktifkan, sesuatu harus meningkatkan kinerja ke antisipasi, harapan dan mempersiapkan pelajar untuk melihat hubungan yang jelas antara apa yang ia harapkan belajar dan/karir masa depannya.
b.    Tahap kedua
Diperlukan untuk membantu para pelajar membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu, membangun pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah dan merumuskan dugaan-dugaan sementara, melakukan prediksi dari informasi yang terbatas, memandang informasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, memperoleh informasi lebih lanjut, perjumpaan yang tak terduga dan terus memperdalam ekspektasi.
c.    Tahap ketiga
Memberikan latihan dalam melakukan sesuatu dengan informasi baru, baik pada saat itu sedang diperoleh atau sesudahnya.
Sumber referensi:
Hamzah & Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Iriany, dkk. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Berbasis Teknologi Informasi pada Konsep Laju Reaksi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(2). Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryansari, Kemala. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Fisika Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jurnal Pendidikan MIPA, 13(1).Makassar: FMIPA Universitas Negeri Makassar.
Tawil, M. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Share:
Read More

Langkah Pembelajaran Metode Demonstrasi

Kurniasih dan Berlin Sani mengmukakan langkah pembelajaran metode demonstrasi sebagai berikut:
1)    Mempersiapkan kegiatan:
a)   menetapkantujuan-tujuan yang akan dicapai
b) menetapkan alat-alat, bahan yang akan digunakan, dan sarana lain yangmendukung serta memeriksa ketersediaan alat
c) mengadakan uji coba terlebih dahulu (guru) baik untukalat-alat dan materi yang akan didemonstrasikansehingga dapat diketahui segala kemungkinan yangterjadi.
2)    Melaksanakan kegiatan:
a)  guru masuk kelasmengucapkan salam dan memberi motivasi peserta didik untukmelakukan kegiatan demonstrasi
b)    mendiskusikanbersama antara guru denganpeserta didik mengenai langkah-langkah pelaksanaan, alat dan bahan yang digunakanserta hal-hal yang akan diamati dan dicatat hasil kegiatandemonstrasi
c)  guru dibantu peserta didik melakukandemonstrasi, peserta didik mengamati dan mencatatnya dibawahbimbingan guru
d)  peserta didik menganalisis datapengamatan, menyimpulkan dan membuat laporan kegiatan secara kelompok.
Kelebihan metde demonstrasi yaitu guru bisa membuat perhatian peserta didik menjadi terpusat dan titik tekan dalam materi yang dianggap penting oleh guru dapat teramati, perhatian peserta didik akan lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan sehingga proses pembelajaran akan lebih terarah, dapat merangsang peserta didik untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar, dapat menambah pengalaman peserta didik, bisa membantu peserta didik untuk mengingat lebih lama tentang materi yang disampaikan, dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit, dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap peserta didik karena ikut serta berperan secara langsung.
Kelemahan metode demonstrasi yaitu memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang dengan hal itu maka pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif, membutuhkan waktu yang cukup panjang, media yang harus digunakan harus lengkap dan apabila terjadi kekurangan media maka metode demonstrasi menjadi kurang efisien, memerlukan biaya yang cukup mahal terutama untuk membeli bahan-bahan sebagai alat peraga, memerlukan tenaga yang tidak sedikit, apabila peserta didik tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif.
Sumber referensi:
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena.

Share:
Read More

Sunday, July 16, 2017

Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fisika

Metode demonstrasi menurut Sumantri dalam Nurhayati, dkk adalah suatu metode yang cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan. Sagala dalam Miftahul juga mendefinisikan metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
Dengan metode demonstrasi proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Peserta didik juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode demostrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengajarkan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Pada prinsipnya metode pembelajaran ini akan mampu menciptakan suasana atau hubungan baik antara sesamapeserta didik sehingga ada keinginan dan kemauan dari peserta didik untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan. Selain itu, ketika demonstrasi dilaksanakan, peserta didik akan mendapatkan gambaran jelas tentang materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dan dengan adanya metode demonstrasi ini, peserta didik akan lebih giat belajar karena mereka semua berharap tidak ada kendala ketika mereka diminta untuk mendemonstrasikan materi yang dipelajari.Pembelajaran dengan metode demonstrasi ini juga bisa mempergunakan alat peraga, akan tetapi demonstrasi akan menjadi tidak menarik apabila alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh peserta didik dan metode demonstrasi ini akan menjadi efektif bila peserta didik terlibat langsung atau dapat mengikuti aktivitas tersebut, hal ini akan menjadi pengalaman tersendiri yang tidak mudah untuk dilupakan.
Berdasarkan dari beberapa kelebihan metode demonstrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu metode yang mampu mengantarkan peserta didik satu langkah lebih dekat dengan dunia nyata, dan tidak hanya berkecimpung dengan dunia teori, melainkan mampu memahamkan peserta didik sesuai dengan objek yang sebenarnya.

Sumber Referensi:

Miftahul, dkk. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif melalui Lesson Study disertai Metode Demonstrasi pada Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, 2(3). Jember: Universitas Jember.

Nurhayati, dkk. 2014. Penerapan Metode Demonstrasi Berbantu Media Animasi Software Phet terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Materi Listrik Dinamis Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA),4(2). Pontianak: FPMIPA dan Teknologi IKIP PGRI.

Share:
Read More

Pembelajaran Fisika

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Wenger dalam Huda mengatakan “Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda, secara individual, kolektif, ataupun sosial”
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga peserta didik mau belajar.
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh peserta didik, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada peserta didik, tetapi peserta didik itulah yang harus mendapatkannya. Pandangan-pandangan yang menekankan faktor penting keaktifan peserta didik ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan arti penting pembelajaran. Namun pada kenyataannya, pembelajaran menjadi sesuatu yang terabaikan. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh peserta didik dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas, yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
a)    Mengusahakan lingkungan yang menguntungkan bagi kegiatan belajar.
b) Mengatur bahan pelajaran dalam suatu organisasi yang memudahkan peserta didik untuk mencerna.
c)    Memilih suatu strategi mengajar yang optimal berdasarkan pertimbangan efektivitas dan kondisi psikologis peserta didik serta pertimbangan lainnya yang sesuai dengan konteks objektif di lapangan.
d)    Memilih jenis alat-alat audio visual atau media pembelajaran lain yang tepat untuk keperluan belajar peserta didik.
Pada waktu yang sama, pandangan tersebut akan menyarankan cara-cara yang dapat mendorong dan memotivasi peserta didik untuk siap, mau, dan mampu belajar.
Selain hal tersebut, istilah pembelajaran menurut Hamzah & Nurdin berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain, sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Sementara itu, pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan, yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan peserta didik dan antara sesamapeserta didik untuk mencapai suatu tujuan, yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri peserta didik. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan peserta didik dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.
Menurut Kuspriyanto dan Sahat Siagian, Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau dikenal dengan sains. Sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penelaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Sains memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan sisi lain sebagai produk. Proses sains merupakan upaya pengumpulan dan penggunaan bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika merupakan proses belajar mengajar yang di dalamnya mempelajari alam dan kejadian-kejadiannya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran fisika, pendidik dituntut mampu memilih pendekatan dan metode yang tepat dan sesuai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sumber Referensi:

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hamzah & Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Kuspriyanto, Budi & Sahat Siagian. 2013. Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatifterhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6(2). Medan: UNIMED

Share:
Read More

Kelebihan dan Kelemahan LAPS - Heuristik

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, salah satunya model pembelajaran LAPS-Heuristik. Seorang ahli bernama Shoimin mengemukakan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving - Heuristik (LAPS - Heuristik) sebagai berikut:
1)    Kelebihan-kelebihan LAPS - Heuristik yaitu:
a) Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi menimbulkan sikap kreatif.
b) Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pertanyaan yang benar.
c) Menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam serta dapat menambah pengetahuan baru.
d)   Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya.
e)  Mengjak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya.
f)    Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan dirinya, bukan hanya satu bidang studi tapi (bila diperlukan) banyak bidang studi.
2)    Kelemahan-kelemahan LAPS - Heuristik yaitu:
a)   Mankala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b)    Keberhasilan strategi pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c)   Tanpa pemhaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
 
Sumber referensi:
Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Share:
Read More

Langkah-langkah LAPS – Heuristik

Berawal dari masalah yang belum diketahui cara penyelesaiannya, peserta didik akan terbawa ke dalam arus keingintahuan, dimana akan menumbuhkan motivasi belajarnya. Motivasi yang tinggi dalam belajar jelas akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir dan prestasi belajarnya. Materi pelajaran akan lebih lama diingat, karena dalam menyelesaikan masalahnya peserta didik mencari referensi dan menemukan cara penyelesaiannya sendiri. Dalam proses pembelajaran LAPS - Heuristik, peserta didik diajari untuk menyelesaikan melalui empat tahapan. Shoimin mengemukakan dalam model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:
1)    Memahami masalah.
2)    Merencanakan pemecahannya.
3)    Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua (solusi)
4)    Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Polya dalam Priansa, (khususnya dalam pembelajaran matematika) adalah sebagai berikut:
1)    Memahami Masalah
Memahami masalah merupakan kegiatan mengidentifikasikan kecukupan data untuk menyelesaikan masalah sehingga memperoleh gambaran lengkap apa yang diketahui dan tanyakan dalam masalah tersebut.
2)    Merencanakan Penyelesaian
Merencanakan penyelesaian merupakan kegiatan dalam menetapkan langkah-langkah penyelesaian, pemilihan konsep, persamaan, dan teori yang sesuai untuk setiap langkah.
3)    Menjalankan Rencana
Menjalankan rencana merupakan kegiatan menjalankan penyelesaian berdasarkan langkah-langkah yang telah dirancang dengan menggunakan konsep, persamaan serta teori yang dipilih.
4)    Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan melihat kembali yang telah dikerjakan, apakah langkah-langkah penyelesaian telah terealisasi sesuai rencana sehingga dapat memeriksa kembali kebenaran jawaban yang pada akhirnya membuat kesimpulan akhirnya.
Menurut Krulik dan Rudnik dalam Priansa, menyatakan bahwa lima tahap heuristik yang mendasari proses problem solving adalah sebagai berikut:
1)    Membaca dan Berfikir
Dalam heuristik ini masalah dianalisis melalui berpikir kritis, fakta-fakta diuji dan dievaluasi, pertanyaan ditentukan, seting fisik divisualisasikan dijabarkan dan dipahami. Masalah ditranslasi dalam bahasa pembaca, hubungan-hubungan dibuat antar bagian-bagian dari masalah.
2)    Pengungkapan dan Perencanaan
Pada tahap ini pemecah masalah menganalisis data dan menentukan apakah ada informasi yang memadai, pengecoh dieliminasi, data diorganisasi dalam satu tabel, gambar, model dan sebagainya. Dari sini suatu rencana menemukan jawaban dikembangkan.
3)    Memilih Suatu Strategi
Heuristik ketiga ini dalam daftar diperhatikan oleh banyak orang sebagai heuristik yang paling sulit dari semua heuristik. Suatu strategi adalah bagian dari pemecahan masalah yang memberi arah kepada pemecahan masalah yang mengantarkannya kepada ditemukannya jawaban. Seleksi disarankan melalui dua tahap sebelumnya yang mendahului rencana heuristik. Setelah peserta didik berhasil dalam memecahkan masalah, mereka harus selalu latihan memecahkan masalah dengan masalah-masalah aktual. Mereka juga harus mencoba memecahkan masalah-masalah menggunakan berbagai macam strategi yang mungkin.
4)    Menentukan Suatu Jawaban
Di sini yang cocok dilakukan untuk menemukan suatu jawaban. Perkiraan, jika cocok, harus dimunculkan.
5)    Refleksi dan Perluasan
Pertama-tama jawaban harus dicek untuk ketelitian peninjauan jika kondisi awal masalah diberikan, dan jika pertanyaan telah dijawab dengan benar, tetapi masih banyak yang harus dilakukan pada tahap ini. Ini adalah tempat berfikir kreatif dapat dimaksimalkan. Penyelesaian alternatif harus ditemukan dan didiskusikan. Masalah dapat dirubah dan mengubah kondisi awal atau interpretasinya. Jika mungkin proses harus diperluas untuk menemukan suatu generalisasi atau konsep-konsep berdasarkan pada situasi ini. Variasi yang menarik dari masalah semula harus ditunjukkan dan didiskusikan oleh para peserta didik.
Tahapan di atas bersifat bebas dan tidak berurutan dan tentu saja orang yang terlibat dalam proses heuristik ini bergerak bolak-balik tidak beraturan. Akan tetapi setiap langkah-langkah individu membedakan tujuan yang akan dicapai dalam arti berkaitan dengan sub-sub keterampilan mereka. 
Sumber Referensi:
Priansa, D.J. 2015. Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta.

Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Share:
Read More

Pengertian Model Logan Avenue Problem Solving – Heuristik (LAPS - Heuristik)

Salah satu model dalam sebuah pembelajaran adalah model Logan Avenue Problem Solving – Heuristik (LAPS - Heuristik), yang didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Krulik & Rudnick dalam Amalia, problem adalah suatu situasi yang tak jelas pemecahannya yang mengonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut. Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.

Menuru Shoimin bahwa model Logan Avenue Problem Solving adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam solusi masalah. Menurut Gunawan, LAPS-Heuristic adalah model pemecahan masalah matematika yang menekankan pada pencarian alternatif-alternatif yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, kemudian menentukan alternatif yang akan diambil sebagai solusi, kemudian menarik kesimpulan dari masalah tersebut. Dalam Ngalimun, dkk, dikemukakan LAPS (Logan Avenue Problem Solving) biasanya menggunakan kata tanya apa masalahnya, adakah alternatifnya, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Heuristik adalah bersangkutan dengan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengeceknya kembali sebelum memberi kepastian. Nurdin dalam Shoimin, menjelaskan bahwa Heuristic adalah suatu penuntun berupa pertanyaan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah. Heuristic berfungsi mengarahkan pemecahan masalah (dalam hal ini siswa) untuk menemukan solusi dari masalah yang diberikan.
Menurut Maier dalam Priansa, heuristik diartikan sebagai tujuan yang hendak ditemukan, jalan atau proses semata-mata ditentukan oleh peserta didik itu sendiri. Peserta didik dituntun untuk menyelesaikan permasalahan dengan diberi pertanyaan pancingan yang mengarah kepada apa yang akan dicari. Heuristik yaitu suatu aturan yang melibatkan penyelidikan pada masalah yang lebih selektif. Menurut Polya menyatakan bahwa heuristik adalah kata sifat yang berarti "serving to discover". Penalaran heuristik merupakan penalaran yang tidak final dan tegas tetapi hanya masuk akal dan bersifat sementara yang tujuannya untuk menemukan jawaban suatu masalah yang diberikan.

Sumber Referensi:
Amalia, S. 6 Maret 2014. Story of My Life. LAPS-Heuristik, (Online), (http://shaoran1401.blogspot.co.id/2012/03/laps-heuristik.html, 3 Februari 2016)
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Utama

Gunawan, R.P. 15 Mei 2013. Berbagi Ilmu Itu Indah. Model Pembelajaran LAPS-Heuristic, (Online), (http: // proposal matematika 23. blogspot. co.id/2013/05/model-pembelajaran-laps-heuristic.html, diakses 4 Juni 2016)

Ngalimun, dkk. 2015. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin : Aswaja

Priansa, D.J. 2015. Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta

Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Share:
Read More

Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan perhitungan dan merupakan dasar dari sebuah ilmu sains dalam perhitungan. Sehingga diwajibkan untuk diterapkan dan diperadakan dalam mata pelajaran disekolah. Pembelajaran matematika dikatakan sulit ketika seseorang tidak paham dengan konsep yang dimilikinya sehingga banyak yang tidak senang dengan pembelajaran satu ini. Sebelum jauh bercerita tentang matematika, yang perlu kita pahami terlebih dahulu konsep dari sebuah pembelajaran dan matematika itu sendiri. Yang bisa dimulai dari pemahaman tentang definisi dari pembelajaran Matematika. Berikut pendapat dari beberapa ahli terkait dengan pembelajaran matematika
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegitan guru secra terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam Sagala menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Untuk mendeskripskan pengrtian matematika, para matematikawan belum pernah mencapai satu titik puncak kesepakatan yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ilmu matematika itu sendiri memiliki kajian yang sangat luas sehingga masing masing ahli bebas berpendapat sesuai dengan sudut pandang, pemahaman dan pengalamannya masing-masing. Menurut Sujono dalam Fathani, mengmukakan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik. Juga mengemukakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan maslah yang berhubungan dengan bilangan.
Menurut Andi Hakim Nasution dalam Fathani matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan erat dengan Dalam bahasa Belanda kata Sansekerta, Medha atau Widya yang memiliki arti kepandaian,   ketahuan, atau inteligensia. Dalam bahasa Belanda disebut wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar. Matematika menurut James dalam Irnadianti adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsepnya yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, geometri, dan analisis.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan upaya atau cara yang dilakukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan konsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi antara guru dan siswa.

Sumber Referensi:
Fathani, A.H. 2012. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Irnadianti. 2015. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Bangkala Kabupaten Jeneponto. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:  Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sagala, S. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta.
Share:
Read More

Respon Siswa dalam Pembelajaran

Seorang guru dapat melihat dan menilai konsep ataupun metode yang digunakan dalam kegiatan belajar dan mengajar dengan cara mengamati respon yang ditunjukkan oleh siswa, sehingga respon memiliki peranan penting dalam KBM. Beberapa ahli telah mendefinisikan arti dari respon yang memiliki pemaknaan yang berbeda-beda, berikut pendapat dari beberapa ahli terkait respon siswa dalam pembelajaran.
Respons menurut teori J.B. Waston dalam merupakan suatu reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang yang wujudnya dapat bermacam-macam seperti reflek patella, memukul bola, mengambil makanan, menutup pintu, dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, respons juga dapat diartikan sebagai tanggapan; reaksi; jawaban. Tanggapan merupakan salah satu fungsi kejiwaan yang dapat diperoleh individu setelah pengamatan selesai dilakukan. Senada dengan Baharuddin, Wasty Soemanto dalam Kusuma, mendefinisikan tanggapan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Selanjutnya menurut Ismail Farid dalam Kusuma dan Mimin yang dimaksud dengan respons siswa adalah tanggapan orang-orang yang sedang belajar termasuk di dalamnya mengenai pendekatan atau strategi, faktor yang mempengaruhi, serta potensi yang ingin dicapai dalam belajar.
Respons siswa yang dimaksudkan di sini adalah tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, khususnya model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang baik dapat memberikan respons positif bagi siswa setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian  ini adalah minimal 80% siswa yang memberi respons positif terdapat jumlah aspek yang ditanyakan.

Sumber Referensi:
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Utama

Kusuma, F.W. & Aisyah, M.N. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, X (2): 43-63.
Share:
Read More

Wednesday, July 12, 2017

Aktivitas siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar siswa mengalami serangkaian proses didalamnya. Serangkaian proses tersebut biasa disebut dengan aktivitas siswa. Berikut pendapat ahli terkait aktivitas yang dilakukan oleh siswa yang dikaitkan dengan matematika.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 31),  aktivitas diartikan sebagai ”keaktifan, kegiatan, kesibukan”. Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya dalam Rintayati, yaitu  keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar, asimilasi (menyerap) dan akomodasi (menyesuaikan) kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung dalam pembentukan sikap dan nilai” Sedangkan Menurut Saiman dalam Sakinah, ”aktivitas siswa adalah kegiatan siswa selama kegiatan belajar”. B. Diedrich dalam Rintayati, menggolongkan aktivitas belajar siswa sebagai berikut:
1.Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2.Oral activities, seperti: menyatakan, me rumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.
3.Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya.
4.Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.
5.Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya
6.Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
7.Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.
8.Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Aktivitas belajar matematika adalah proses komunikasi antara siswa dengan guru dalam lingkungan kelas sebagai hasil interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

Sumber Referensi:
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Utama

Rintayati, P. & Putro, P.S. 2010. Meningkatkan Aktivitas Belajar (Active Learning) Siswa Berkarakter Cerdas Dengan Pendekatan Sains Teknologi (STM).  Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:  PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sakinah. 2013. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii-D Smp Negeri 33 Surabaya Dalam Pelajaran Matematika Melalui Media Berbantuan Komputer. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Volume 3: 1-17.
Share:
Read More

Tuesday, July 11, 2017

Hasil belajar matematika

Secara umum hasil belajar memiliki arti yang sama akan tetapi terkadang menjadi berbeda ketika telah ditinjau dari beberapa aspek baik dalam ilmu sains maupun sosial, misalnya dari ilmu matematika akan berbeda ketika ditinjau dari segi fisika. Berikut tinjauan hasil belajar dari aspek matematika yang kemukakan oleh beberapa ahli:
Menurut Irnadianti Hasil belajr adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap Dalam kegiatan pembelajaran atau instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Menurut Benjamin S. Bloom, tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski, hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem t ersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (ferfomance) (Jihad)
Matematika sebagai bahan pelajaran di sekolah yang disajikan oleh guru dimaksudkan agar siswa dapat manguasainya dengan baik. Dengan penguasaan bahan pelajaran matematika mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya. Selanjutnya Slameto dalam Jannati mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah keberhasilan seseorang mempelajari matematika, yang tidak hanya dipengaruhi oleh minat, kesadaran dan kemampuan tetapi juga tergantung pada kemampuannya terhadap matematika serta diperlkan keterampilan intelektual, misalnya ketermpilan berhitung.
Dalam penelitian ini, kriteria hasil belajar matematika dilihat dari tiga aspek, yaitu 1) Ketuntasan individual, yakni siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) yang ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan; 2) Ketuntasan klasikal, yakni apabila siswa tersebut mencapai  besar dari atau sama dengan 80%. 3) Peningkatan hasil belajar (gain)  besar dari atau sam dengan 0,3.

Sumber Referensi:
Irnadianti. 2015. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Bangkala Kabupaten Jeneponto. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:  Universitas Muhammadiyah Makassar.

Jihad, A. & Haris, A. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Persindo.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Share:
Read More

Efektivitas Pembelajaran

Satu kata ini banyak didefinisikan oleh beberapa ahli sesuai dengan pandangan mereka masing-masing, kata ini berasal dari kata dasar efektif yang kemudian sering disebut efektivitas. Berikut penjelasan dari beberapa ahli yang telah dirangkum.
Efektivitas berasal dari kata “efektif”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “efektif” berarti: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), (2) dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan efektivitas berarti: (1) keadaan berpengaruh; hal berkesan, (2) keberhasilan usaha atau tindakan. Sabtanoe dalam Irnadianti, memberikan definisi efektivitas yaitu kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai tujuan tertentu. sedangkan
Menurut Handoko dalam Irnadianti, mengemukakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Ekosusilo dalam Rismawati,  mengemukakan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang sudah direncanakan dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, berarti semakin efektif pula kegiatan tersebut. Sedangkan menurut Sardiman dalam Rismawati, mengemukakan keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah keberhasilan suatu usaha atau tindakan dilihat dari hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

Sumber Referensi:
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Utama
Irnadianti. 2015. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Bangkala Kabupaten Jeneponto. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:  Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rismawati, M. 2012. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Sinjai Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:  Universitas Muhammadiyah Makassar.


Share:
Read More