Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi peserta didik untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan.
Berpikir kreatif dapat terjadi secara sengaja dan tidak sengaja (tiba-tiba). Berpikir kreatif secara tidak sengaja dapat berlangsung walaupun tidak menggunakan teknik khusus, seperti pada suatu kesempatan dimana anda berpikir tentang suatu dengan sudut pandang berbeda dan selanjutnya anda menemukan suatu perubahan yang menguntungkan. Perubahan lainnya dapat terjadi perlahan karena semata-mata menggunakan perkembangan kecerdasan dan logika. Jika menggunakan pemikiran kreatif secara tidak sengaja atau perkembangan logika akan memerlukan waktu lama untuk menghasilkan kemajuan dan peningkatan. Mengingat pesatnya persaingan dunia maka hal tersebut sangat tidak menguntungkan. Lain halnya dengan berpikir kreatif secara sengaja. Berpikir kreatif secara sengaja dapat dikembangkan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mengembangkan ide baru. Teknik-teknik tersebut menyebabkan penggabungan dari ide-ide untuk memunculkan gagasan-gagasan dan proses-proses baru.
Menurut Tawil dalam Suryansari Berpikir kreatif dapat berkembang pesat dengan menggunakan pembelajaran berbasis portofolio karena model pembelajaran ini mampu memfasilitasi hampir keseluruhan kemampuan peserta didik, yakni mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik,memprediksi dari informasi terbatas, menemukan masalah, menyusun hipotesis, menguji hipotesis, dan memandang informasi dari sudut pandang berbeda.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu hal penting agar seseorang dapat memiliki kreativitas. Torrance Carin & Sund (1995) dan Lawson (1979) & Taeffinger, et al (1982) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif adalah: …. the process of 1) sensing difficulties problems, gapsor information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating ideas or hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising retesting them, and finally; 5) communicating the results.
Menurut Tawil Bertolak dari definisi tersebut menunjukkan bahwa berpikir kreatif sebagai sesuatu proses kreatif, yaitu merasakan adanya kesulitan, masalah kesenjangan informasi. Adanya unsur yang hilang dan ketidakharmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat hipotesis, pengujian hipotesis kembali atau bahkan mendefinisikan ulang masalah dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya
Iriany, dkk mengemukakan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan mengembangkan atau menemukan ide atau gagasan asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan dengan pandangandan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnyadalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Menurutnya, ada empat aspek kemampuan berpikir kreatif yakni: 1) membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu; 2) membangun pengetahuan yang telah ada pada peserta didik; 3) memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda; dan 4) meramal dari informasi yang terbatas.
Menurut Hamzah & Nurdin Berpikir lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi permasalahan dan situasi tidak akan dimiliki tanpa adanya pengetahuan yang luas. Berpikir lebih kreatif tidak akan lahir secara tiba-tiba tanpa adanya kemampuan. Berpikir kreatif berarti berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data di otak.
Lawson dalam Tawil mengemukakan tiga tahap dalam mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertama
Sebelum keterampilan berpikir kreatif dapat diaktifkan, sesuatu harus meningkatkan kinerja ke antisipasi, harapan dan mempersiapkan pelajar untuk melihat hubungan yang jelas antara apa yang ia harapkan belajar dan/karir masa depannya.
b. Tahap kedua
Diperlukan untuk membantu para pelajar membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu, membangun pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah dan merumuskan dugaan-dugaan sementara, melakukan prediksi dari informasi yang terbatas, memandang informasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, memperoleh informasi lebih lanjut, perjumpaan yang tak terduga dan terus memperdalam ekspektasi.
c. Tahap ketiga
Memberikan latihan dalam melakukan sesuatu dengan informasi baru, baik pada saat itu sedang diperoleh atau sesudahnya.
Berpikir kreatif dapat terjadi secara sengaja dan tidak sengaja (tiba-tiba). Berpikir kreatif secara tidak sengaja dapat berlangsung walaupun tidak menggunakan teknik khusus, seperti pada suatu kesempatan dimana anda berpikir tentang suatu dengan sudut pandang berbeda dan selanjutnya anda menemukan suatu perubahan yang menguntungkan. Perubahan lainnya dapat terjadi perlahan karena semata-mata menggunakan perkembangan kecerdasan dan logika. Jika menggunakan pemikiran kreatif secara tidak sengaja atau perkembangan logika akan memerlukan waktu lama untuk menghasilkan kemajuan dan peningkatan. Mengingat pesatnya persaingan dunia maka hal tersebut sangat tidak menguntungkan. Lain halnya dengan berpikir kreatif secara sengaja. Berpikir kreatif secara sengaja dapat dikembangkan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mengembangkan ide baru. Teknik-teknik tersebut menyebabkan penggabungan dari ide-ide untuk memunculkan gagasan-gagasan dan proses-proses baru.
Menurut Tawil dalam Suryansari Berpikir kreatif dapat berkembang pesat dengan menggunakan pembelajaran berbasis portofolio karena model pembelajaran ini mampu memfasilitasi hampir keseluruhan kemampuan peserta didik, yakni mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik,memprediksi dari informasi terbatas, menemukan masalah, menyusun hipotesis, menguji hipotesis, dan memandang informasi dari sudut pandang berbeda.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu hal penting agar seseorang dapat memiliki kreativitas. Torrance Carin & Sund (1995) dan Lawson (1979) & Taeffinger, et al (1982) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif adalah: …. the process of 1) sensing difficulties problems, gapsor information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating ideas or hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising retesting them, and finally; 5) communicating the results.
Menurut Tawil Bertolak dari definisi tersebut menunjukkan bahwa berpikir kreatif sebagai sesuatu proses kreatif, yaitu merasakan adanya kesulitan, masalah kesenjangan informasi. Adanya unsur yang hilang dan ketidakharmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat hipotesis, pengujian hipotesis kembali atau bahkan mendefinisikan ulang masalah dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya
Iriany, dkk mengemukakan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan mengembangkan atau menemukan ide atau gagasan asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan dengan pandangandan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnyadalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Menurutnya, ada empat aspek kemampuan berpikir kreatif yakni: 1) membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu; 2) membangun pengetahuan yang telah ada pada peserta didik; 3) memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda; dan 4) meramal dari informasi yang terbatas.
Menurut Hamzah & Nurdin Berpikir lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi permasalahan dan situasi tidak akan dimiliki tanpa adanya pengetahuan yang luas. Berpikir lebih kreatif tidak akan lahir secara tiba-tiba tanpa adanya kemampuan. Berpikir kreatif berarti berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data di otak.
Lawson dalam Tawil mengemukakan tiga tahap dalam mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertama
Sebelum keterampilan berpikir kreatif dapat diaktifkan, sesuatu harus meningkatkan kinerja ke antisipasi, harapan dan mempersiapkan pelajar untuk melihat hubungan yang jelas antara apa yang ia harapkan belajar dan/karir masa depannya.
b. Tahap kedua
Diperlukan untuk membantu para pelajar membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu, membangun pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah dan merumuskan dugaan-dugaan sementara, melakukan prediksi dari informasi yang terbatas, memandang informasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, memperoleh informasi lebih lanjut, perjumpaan yang tak terduga dan terus memperdalam ekspektasi.
c. Tahap ketiga
Memberikan latihan dalam melakukan sesuatu dengan informasi baru, baik pada saat itu sedang diperoleh atau sesudahnya.
Sumber referensi:
Hamzah & Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah & Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Iriany, dkk. 2009. Model Pembelajaran
Inkuiri Laboratorium Berbasis Teknologi Informasi pada Konsep Laju
Reaksi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(2).
Universitas Pendidikan Indonesia.
Suryansari, Kemala. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Fisika Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jurnal Pendidikan MIPA, 13(1).Makassar: FMIPA Universitas Negeri Makassar.
Tawil, M. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
0 comments:
Post a Comment