Friday, February 5, 2016

Historisisme

Easton membagi ahli politik masa kini kedalam empat kategori, yaitu:
  1. Penganut faham kelembagaan, seperti Carlyle dan Maclllwain yang tampaknya lebih tertarik untuk menelusuri asal-usul gagasan dari sudut pandang bahwa gagasan itu telah memberi rasionalissasi pada kepentingan-kepentingan politik dan pengembangan kelembagaan daripada menentukan bagaimana gagasan tersebut mempengaruhi peristiwa-peristiwa masa kini.
  2. Interaksionis, seperti Allen dan kadang-kadang Carlyle, yang mencoba menguraikan interaksi gagasan dan lembaga yang memberikan pengaruh besar terhadap proses perubahan sosial pada setiap Negara.
  3. Materialis, termasuk Dunning, Sabine dan banyak lagi sarjana yang lain, yang menelaah teori politik untuk menemukan dan mengungkapkan latar-belakang budaya dan sejarah yang mempengaruhi pemikiran politik pada masa tertentu. Para penulis yang mewakili mayoritas ini mencoba memahami ideolosi dalam pengertian matriks budaya keseluruhan.
  4. Kelompok keempat diwakili oleh Lindsay, yang lebih tertarik pada nilai-nilai kontemporer tertentu seperti demokrasi, dan senang menelusuri perkembangan sejarahnya, dengan tujuan menentukan banyaknya dukungan sejarah pada nilai tersebut. Mereka nampaknya percaya bahwa nilai-nilai yang telah diuji oleh waktu berhak untuk mendapat pengakuan.
Easton memandang semua penulis lontemporer tersebut sebagai historicits, maksudnya adalah bahwa “mereka tidak menggunakan sejarah nilaisebagai alat untuk merangsang fikiran mereka guna mencari kemungkinan kondisi mendalilkan kembali tujuan-tujuan politik”, melainkan untuk memahami kondisi yang telah menimbulkan ideology system atau nilai tertentu. Ini merupakan tugas utamanya para sejarawan, bukan ilmuwan politik. Selama lebih dari dua ribu tahun, sejak kaum Sosphist dan Socrates hingga Hegel dan Marx, para pemikir politik telah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan telah mencoba menjawabnya dengan maksud untuk menetapkan nilai-nilai tertentu bagi masyarakat. Baru abad ke-20, Easton menyayangkan bahwa pemikir politik telah mengambil alih peranan ahli sejarah dan menolak mengatasi masalah-masalah sosial atau berusaha mencari pemecahannya. Penulis seperti Dewey, Barker, Croce, dan Laski merupakan kekecualian, tapi mayoritas penulis ilmu politik abad kedua puluh berpatokan pada “pendekatan historis”, dan hal inilah yang menurut Easton tela “berhasil menghancurkan teori nilai”.

Referensi:
Varma, SP. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Share:

0 comments:

Post a Comment