Easton menyebut “kemiskinan”, “kemiskinan” dan “kemerosotan teori politik” itu sebagai akibat langsung dari pernyataan para ilmuwan politik kontemporer yang: (a) hidup secara parasit dari gagasan-gagasan yang telah usang dan (b) gagal mengembangkan suatu sintesa politik baru. Menurutnya, mereka terlalu sibuk dengan analisa pemikiran politik abad-abad sebelumnya disamping menelusuri falsafah politik individu dan lingkungan hidup yang melingkupi pemikir tersebut. Ini mungkin merupakan kerja istimewa dalam dalam menemukan fakta historis, tetapi Easton analisa historis semacam ini merupakan penyebab utama hancunya aktivitas mental yang hidup dalam peradaban tinggi dan yang muncul dari kebutuhan manusia yang universal. Dengan kata lain, pada waktu-waktu belakangan ini para ilmuwan politik lebih suka memusatkan perhatiannya pada hubungan nilai dan lingkungan yang melahirkannya ketimbang pada upaya untuk mencoba menciptakan konsep nilai yang baru yang dapat mendukung kebutuhan mereka.
Tidak heran kalau tenaga dan fikirannya tidak banyak tercurah pada tugas tradisionalnya untuk merumuskan kembali pokok-nilai (content of values) di setiap masa, atau dalam pengembangan teori yang sistematis tentang perilaku politik dan bekerjanya lembaga-lembaga politik, suatu tugas yang oleh para ahli ekonomi dan sosiologi telah dikerjakan dengan baik. Mereka telah berusaha memberikan koherensi dari kesatuan pada riset-riset empiris dengan membangun teoi-teori umum, yang justru diabaikan ilmuwan poltik. Dalam hal ini Easton sendiri tidak melulu menyorot kesalahan yang ada pada teori politik modern, melainkan juga pada keseluruhan teori politik yang telah berkembang hingga kini. Menurutnya, suatu teori tidak hanya menangani nilai tetapi juga fakta, karena itulah suatu teori perlu mensistematiskan dasar-dasar empirisnya. Kegagalan teori politik untuk melakukan tugas itulah yang dikeluhkan Easton.
Teori politik ternyata bersifat lebih spekulatif dan kurang berlandaskan pada observasi yang seksama terhadap peristiwa politik kontemporer dan pengetahuan tentang sejarahy manusia. Manusia tak hanya tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu, tapi juga ingin menyaksikan apa yang terjadi pada masa mendatang. Ini menyangkut pertanyaaan-pertanyaaan yang berorientasi pada nilai (value-Oriented), atau yang disebut Easton sebagai suatu “teori nilai” (value theory). Berbeda dengan penganut mazhab “perilaku” yang lain, Easton bukanlah orang yang tidak setuju dengan teori nilai, sekalipun seperti juga yang lain lebih mementingkan teori kausal. Ia memandang teori nilai, yang dalam tulisan-tulisan politik kini cenderung ditinggalkan, bukanlah tdak penting.
Referensi:
Varma, SP. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
0 comments:
Post a Comment