Thursday, February 4, 2016

Perang Dunia II dan Pengaruhnya

Perang dunia II telah banyak membuat ilmuwan politik di Amerika Serikat turun dari menara gading serta menempatkan mereka langsung kepada kenyataan-kenyataan polotik dan administrative, yang terjadi di Washington dan tempat-tempat lainnya. Tahun-tahun peperangan menjadi sangat penting, karena berhasil mengumpulkan para ilmuwan politik, ekonomi, sosiologi, dan psikologi social dari berbagai bagian Negara itu. Keadaan darurat dari perang dunia II, yang telah membawa para ilmuwan politik semakin dekat berhubungan dengan para ilmuwan social lainnya, telah memperdalam kesan yang sebelumnya ada dalam benak mereka bahwa selama ini hanya para ahli ekonomi, sosiologi, dan antropologi sajalah yang sering diundang oleh badan-badan pemerintah untuk memberikan saran-saran dan mereka mampu memainkan peran aktif dalam proses pembuatan keputusn, sedangkan para ilmuwan politik dianggap tidak banyak membantu. 

Perasaan ditinggalkan ini telah begitu merasuk dalam benak ilmuwan politik Amerika Serikat dan mereka tampak mengembangkan perasaan ini selama masa tahun-tahun peperangan, sehungga ketika kembali kepada profesi akademik mereka, tanggung jawab mereka yang utama adalah memberikan penajaman kembali pada disiplin yang mereka punyai secara lengkap, dan membawanya pada hubungan yang lebih dekat dengan perkembangan ilmu-ilmu social lainnya. Perkembangan yang begitu cepat dari ilmu politik yang beraliran behavioral pada tahun-tahun setelah selesainya perang, sebenarnya dapat dilacak kembali pada masa yang mendahului timbulnya rasa frustasi terhadap keadaan ilmu politik pada waktu itu, serta keputusan mereka untuk mengukir garis perkembangan baru. 

Jadi setelah perang dunia II selesai, telah timbul rasa tidak puas yang meluas di antara para ilmuwan politik terhadap disiplin tersebut. Di samping menghadapi kenyataan bahwa bakat serta keahlian mereka tidak begitu dibutuhkan pemerintah dan masyarakat, suatu kenyataan lain yang mungkin disebabkan oleh perbedaan yang mendalam antara sifat-sifat kearifan yang harus mereka terima sesuai dengan profesi yang mereka miliki dengan kenyataan proses pemerintahan yang ada, telah membuat mereka merasa bahwa dengan segenap penekanan yang bertumpu pada teori-teori selama beberapa abad terakhir ini, mereka belum mampu mempunyai perangkat penelitian yang dapat membantu mereka menerangkan timbulnya fasisme atau komunisme atau menjelaskan terus bercokolnya rezim-rezim tersebut dalam kekuasaan untuk jangka waktu yang lama. Mereka mulai menyadari bahwa hal ini disebabkan oleh penekanan yang mereka berikan secara berlebihan terhadap sifat-sifat deskriptif dari disiplin yang mereka miliki. Selain itu juga timbul keinginan dalam diri mereka, untuk memanfaatkan perkembangan-perkembanagan yang telah dicapai ilmu-ilmu social lainnya. Benar-benar dirasakan bahwa ilmu politik tidak mampu mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam sosiologi, psikologi serta ilmu-ilmu social lainnya. 

Penekanan pada penelitian tentang sikap-sikap, motivasi serta persepsi dari individu, telah menyebabkan semakin tingginya pemanfaatan wawancara sebagai sumber data. Teknik-teknik wawancara kini benar-benar diperbaiki. Perhatian juga diberikan pada teknik-teknik analisis atau kadar (conten analysis), dalam mana statistic dimanfaatkan secara lebih besar. Dengan ditingkatkannya penggunaan teknik suvei dan wawancara sebagai suatu sumber data serta suatu metode verifikasi telah membawa para ilmuwan politik kepada masalah-masalah pengukuran sikap, bentuk-bentuk skala, pengujian validitas dan reliabilitas dan lain-lain. Melalui penggunaan teknik-teknik dan metode ini, para ilmuwan politik kini juga menangani masalah-masalah yang selama ini merupakan monopoli ahli-ahli sosiologi dan psikologi. Sejumlah ilmuwan politik bahkan juga mulai mempelajari penelitian-peneitian tentang pemilihan. 

Referensi:
Varma, SP. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Share:

0 comments:

Post a Comment